Memandang bulan Ramadhan dari segi bisnis bukanlah sesuatu yang terlarang. Memanfaatkan peluang toh bisa dari mana saja dan kapan saja. Berbagai bisnis musiman tiba-tiba menjamur dimana-mana.
Bisnis apa saja yang ikut terbawa indahnya berkah Bulan Ramadhan?
Pedagang es-esan (entah es campur, es pisang ijo, es kacang merah, es teh manis, sebutkan saja sisanya), pedagang kolak ( kolak pisang, kolak labu, kolak biji salak). Para pedagang pakaian akan memperoleh laba paling besar mereka saat perusahaan-perusahaan telah membagikan tunjangan hari raya pada karyawan mereka. Kemudian, ada satu jenis pedagang lagi yang juga diuntungkan oleh momen hari raya ini.
Barang yang dijualnya merupakan kebutuhan pangan sekunder, berupa penganan atau makanan kecil. Namun hebatnya, makanan kecil ini telah mampu menggeser satu jenis tradisi. Dulu, hidangan yang biasa disajikan saat bulan Ramadhan hingga menjelang lebaran, diantaranya adalah kacang goreng, dodol, sukro, gemblong, rengginang dan beragam camilan tradisional lainnya. Kini, siapa yang tidak kenal apa itu nastar, kastengels, putri salju, dan lidah kucing?
Aneka kue kering tersebut telah menginvasi penganan tradisional secara massal.
Bentuk bisnis kue kering ini sebenarnya merupakan industri mikro. Namun, bila digeluti secara serius dan profesional ternyata industri rumahan ini mampu menghasilkan keuntungan yang luar biasa.
Kebanyakan keisengan memang menciptakan peluang.
Coklat kukis Amerika yang sangat terkenal di dunia itu, awalnya tercipta karena keadaan terdesak dan juga keisengan.
Kami mengawali bisnis kue kering ini pun dari sekedar iseng saja. Dimulai dengan modal yang sangat minim, hanya sebesar dua juta rupiah, kami memutuskan ikut terjun kedalam bisnis kue khas lebaran ini. Tanpa karyawan, kami mengerjakan segalanya sendiri. Dua pasang tangan cukup untuk menghasilkan beberapa toples kue kering perhari. Dibutuhkan waktu sekitar 4 jam hanya untuk memproduksi 6 toples kue kering. Karena kerumitannya inilah, tidak banyak orang yang serius menggarap bisnis kue kering.
Kue kering kami mulai menjamur.
Permintaan pun kemudian datang tak hanya di bulan Ramadhan. Perlahan tapi pasti, bisnis kami mengalami kemajuan. Hingga pada suatu masa, kami membutuhkan 500 ton tepung terigu, 30 ton kacang mede, 70 ton butter dan 20 ton telur untuk memenuhi permintaan akan kue-kue kering kami.
Bisnis kami meluas. Kami pun dibantu para agen-agen yang tersebar luas di pelosok negeri. Agen-agen ini bukan hanya pemilik toko atau pedagang sungguhan. Namun banyak dari mereka yang berstatus pegawai negeri, guru, mahasiswa, ibu rumah tangga bahkan para pelajar SMP pun banyak yang menjadi agen kami dan menjual langsung produk kami ke masyakarat luas. Mereka semua ikut merasakan berkah bulan Ramadhan.
Kesuksesan kami menular. Banyak orang-orang yang kemudian ikut melirik bisnis ini. Bangga rasanya melihat realita bahwa kami mampu menginspirasi orang lain.
Hal tersebut justru membuktikan bahwa kami cukup sukses dalam mengolah bisnis kue kering kami.
Faktor yang luar biasa penting dalam sebuah bisnis adalah para konsumen. Tanpa mereka, pemasaran bisnis sekuat apapun bukanlah apa-apa. Sebuah brand harus mampu membentuk suatu ikatan yang kuat dengan para konsumennya. Ada sedikit cerita mengenai konsumen kami. Dikarenakan bisnis kami merupakan bagian dari pangan sekunder, beberapa kalangan tentu saja merasa sedikit kesulitan untuk menikmatinya. Kami bahagia saat mengetahui bahwa ada beberapa agen kami yang menjual produk kami dengan sistem arisan. Dalam sebulan, para anggotanya harus mengumpulkan uang arisan sebesar dua puluh lima ribu yang kemudian pemenang tiap bulannya akan memperoleh lima sampai enam toples kue kering kami. Luar biasa keinginan mereka, bukan?
Tak hanya itu, kami pun merasa sangat bangga saat mengetahui jika penguasa negeri ini, Bapak Presiden kita ternyata penikmat juga penggemar produk penganan kami. Bahagia dan terharu saat semua kalangan dapat mencicipi dan menikmati berkah dari usaha kami.
Inovasi pun terus dilakukan. Tak hanya dari segi pengembangan produk, tapi juga dari segi pemasaran. Kualitas kami pun diuji besar-besaran saat kami memutuskan untuk go International. Saat ini, kami sudah menjual produk kami hingga Kanada. Asia tenggara seperti; Malaysia, Singapura, Brunei sudah menjadi kota tujuan pengiriman langganan.
Industri rumahan pun telah kami sulap menjadi industri raksasa. Ribuan orang disekitar tempat tinggal kami pun kami berdayakan sebagai karyawan. Rangkaian training dan juga pendidikan kami lakukan pada mereka, demi menjaga kualitas produk kami. Rasa syukur kami wujudkan dengan memberi lapangan kerja pada orang-orang sekitar kami, di wilayah Bojong Koneng, Bandung.
Kini kami bangga menyebut diri kami “Tukang Kue Bojong Koneng”. (SC)